Self Learner | Information Technology Enthusiast | Hamba Allah

My photo
Pribadi yang berdzikir itu : kalau bicara, bicaranya dakwah, diamnya berdzikir, nafasnya tasbih, matanya penuh ramat Allah, telinganya terjaga, pikirannya baik sangka, tidak suka sinis, pesimis dan tak suka memvonis. . dia tidak sibuk mencari kesalahan orang lain dan asik memperbaiki dirinya . . (Ust.Muhammad Arifin Ilham)

Monday, March 31, 2014

Menjayakan Negeri dengan Al-Quran


Kajian Al-Quran dan Hadits (Kuliah Perdana LTQ Rumah IQRO)
“Menjayakan Negeri dengan Al-Quran”



Menjayakan Negeri dengan Al-Quran, kalimat singkat namun bermakna dan solutif jika benar-benar diamalkan dan dipraktekkan dalam kehidupan nyata, pasalnya kita semua masyarakat Indonesia seakan-akan kehabisan solusi yang efektif untuk menjayakan negeri ini. Langkah-langkah manuver pada bidang Ekonomi, Sosial, Pendidikan, Pertahanan, dan bidang lainnya sudah diupayakan dengan berbagai langkah yang ditempuh agar kejayaan berpihak pada Negeri ini, namun sepertinya belum membuahkan hasil yang signifikan, dan sepertinya kita benar-benar butuh sebuah langkah manuver yang efektif untuk menjayakan negeri yang kita cintai ini dengan melihat kilas balik dan rekam jejak negeri-negeri yang pernah “Berjaya” pada masa keemasan silam.

Dahulu terdapat sebuah negeri yang dimana negeri itu pada awalnya tidak bermartabat, jauh dari nilai-nilai moral, dan praktek kecurangan merajalela, namun kemudian setelah berlalunya masa kenabian Muhammad Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam semua itu berubah, negeri itu menjadi negeri yang maju, penuh dengan nilai-nilai peradaban dan bangsanya pun penuh dengan nilai-nilai Martabat, kemudian keadaan itu terus berlanjut dan dilanjutkan oleh generasi setelahnya hingga terjadilah suatu masa, dimana dahulu mereka adalah bangsa yang kecil dan dihinakan kemudian menjadi sebuah bangsa yang berjaya dan dapat menguasai 2/3 belahan Dunia, bukan hanya Berjaya namun juga makmur, aman dan sentosa.

Dan masa-masa perubahan itu diawali oleh masa dimana diturunkannya risalah kenabian, masa diturunkannya Al-Quran sebagai petunjuk, penjelas dan pembeda bagi mereka yang mengimaninya, dan masa-masa itulah yang mengawali masa berjayanya sebuah bangsa di Bumi ini silam yaitu bangsa ISLAM. Dan hal inilah yang melatarbelakangi kami selaku panitia dan pengurus LTQ Rumah IQRO untuk mengangkat sebuah tema kajian bertajuk “Menjayakan Negeri dengan Al-Quran” yang juga menjadi motto pergerakan kami kedepan Insya Allah, dengan harapan adanya sebuah harapan baru untuk bisa menjadikan negeri yang kita cintai ini (Indonesia) menjadi negeri yang Berjaya, makmur, aman dan sentosa dengan dipondasikan dengan nilai-nilai Al-Quran.

Acara Kajian Al-Quran dan hadits yang juga sebagai event Launching LTQ Rumah IQRO yang diadakan di Masjid Nurut Taqwa pada tanggal 9 Maret 2014 / 7 jumadil awal 1435H dan dimulai pada pukul 09.30 itu dibuka dan diawali dengan Tasmi’ Al-Quran surat Al-Baqarah berirama tartil oleh Ustadz Muhammad Furqon menjadi kesan tersendiri bagi para peserta kajian saat itu, kemudian dilanjutkan sambutan oleh Ketua LTQ Rumah IQRO yaitu saudara Donny Achmadi, para peserta dijelaskan sekilas mengenai profil Rumah IQRO dari awal berdiri, lembaga-lembaga pendidikan yang ada didalamnya, acara-acara yang pernah diadakan, hal-hal yang melatarbelakangi didirikannya Lembaga pendidikan LTQ Rumah IQRO serta penjelasan mengapa panitia membawakan kajian kali ini dengan tema “Menjayakan Negeri dengan Al-Quran”.

Dan tak berselang lama, acara pun dilanjutkan dengan Materi Kajian yang dibawakan oleh Ustadz Arham bin Ahmad Yasin, Lc, MH, Al-Hafizh, beliau di awal-awal materi menjelaskan sedikit bahwa kewajiban-kewajiban bersama Al-Quran itu bukan terletak hanya pada ustadz, kyai, anak-anak TPA, pesantren, alim ‘ulama dan kawan-kawannya saja. Namun kewajiban-kewajiban bersama Al-Quran terletak pada jati diri setiap orang yang berstatus “Muslim”, jika kita mengaku sebagai seorang muslim maka ketahuilah kewajiban-kewajiban atas Al-Quran juga terletak pada diri kita. Jika pada setiap orang Muslim sudah memahami bahwa pada dirinya memiliki kewajiban atas Al-Quran dan mereka semua menunaikan kewajiban-kewajiban itu sebagaimana mestinya maka Insya Allah “Kejayaan” yang sama-sama kita harapkan bagi Negeri yang sama-sama kita cintai ini dengan jumlah umat Muslim “terbesar” di Dunia ini akan menjadi kenyataan.

Kemudian beliau menjelaskan bagaimana generasi-generasi emas pada umat terdahulu yang pernah Berjaya menguasai 2/3 belahan Dunia, bagaimana interaksi mereka bersama Al-Quran, dan itu semua bisa kita rasakan kembali di negeri ini jika kita semua mengikuti langkah-langkah yang mereka tempuh yaitu kedekatannya dengan Al-Quran. Dan ketahuilah bahwa kedekatan dengan Al-Quran itu diawali dengan proses “membacanya”,namun pada kenyataannya bagaimana bisa dekat dengan Al-Quran jika proses “membacanya” saja terabaikan, sangat jarang dilakukan, bahkan beliau menyebutkan beberapa muridnya yang dahulu menjadi murid ngajinya ditanya olehnya “sudah berapa kali mengkhatamkan Al-Quran?” dan murid-muridnya itu menjawab dengan 1 jawaban yang sama “1 kali, dan itu waktu kami TPA waktu masih ngaji sama ustadz dulu” dan itu terkahir kalinya mereka membaca Al-Quran, Nastaghfirullah .

Mengabaikan Al-Quran dengan bentuk meninggalkan proses membacanya rasa-rasanya sudah mejadi hal yang biasa terjadi di negeri kita ini, bila kita ingin buktikan mungkin kita bisa datangi satu persatu rumah ummat muslim dan tanyakan kepada mereka kapan terakhir Al-Quran dibaca ? Al-Quran di rumah-rumah mereka hanya menjadi hiasan, bahkan sudah jauh tertinggal, berdebu, dan hampir tak pernah tersentuh, hal tersebut menjadi sebuah keprihatinan kita bersama. Rasa-rasanya firman Allah subhaanahu wata’ala dalam surat Al-Furqon ayat 30 “Berkatalah Rasul “Yaa Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Quran itu sesuatu yang diacuhkan” menceritakan tentang curhatnya Rasulullah untuk ummat islam kini, padahal Allah menjelaskan bahwa tindakan mengabaikan, mengacuhkan dan meniggalkan Al-Quran maka para pelakunya disebut sebagai “musuh para Nabi” yang dijelaskan pada ayat setelahnya ”Dan seperti itulah telah kami adakan bagi tiap-tiap Nabi musuh dari orang-orang yang berdosa…” Qs.Al-Furqon ayat 31.

Dan tentu yang diinginkan adalah bukan hanya sekedar membacanya lantas  meniggalkan kewajiban yang lain yaitu membacanya dengan menyempurnakan tajwidnya, Ustadz Arham mengatakan bahwa membaca Al-Quran dengan menyempurnakan hukum-hukum bacaannya hukumnya adalah Fardhu ‘ain,artinya seluruh ummat muslim wajib bisa, bacaannya wajib sesuai dengan hukum-hukum tajwid yang  ada, kemudian beliau menjelaskan dengan menyebutkan dalil dari surat Al-Muzzammil ayat ke-4 “warattilil Qur’aana tartiilaa” (Dan bacalah Al-Quran dengan Tartil) dengan menyitir  pendapat Ali bin abi thalib  mengenai ayat ini yang dimaksud “Tartiila”itu adalah “Tajwiidul huruuf wa ma’rifatul Wuquuf” (mentajwidkan huruf-huruf dan mengenali waktu yang tepat  dalam memberhentikan bacaan),dan itu semua tidak  bisa didapatkan dengan belajar otodidak, belajar sendiri dari buku-buku yang ada lantas mengambil kesimpulan sendiri dari ilmu yang sudah didapat dari buku tersebut, ketahuilah bahwa metode seperti itu tidak boleh dan itu metode belajar tajwid yang salah.

Karena benarnya bacaan hanya bisa didapatkan dengan metode talaqqi, yaitu metode membaca Al-Quran dihadapan seorang  guru Al-Quran yang kemudian sang guru dapat membenarkan bacaan-bacaan yang kurang tepat, makhaarijul huruf yang masih salah, dan menyempurnakan hukum-hukum yang masih kurang dalam bacaan kita. Jangan tergiur dengan metode belajar Al-Quran praktis yang ada dipasaran, dengan gaya bahasa marketing yang menggiur “Cocok untuk anda yang super sibuk”,  metode belajar hanya dengan memanfaatkan metode Audio dan Visual yang ada didalam kaset CD lantas (katanya) efektif untuk membenarkan bacaan. Namun pada kenyataannya tidaklah demikian, mungkin kita bisa  secara sepintas dapat mengikuti gaya bacaan yang ditampilkan dari kaset, namun ketika kita mempraktekannya dalam bacaan Al-Quran dengan bacaan kita apakah sang Kaset CD tersebut dapat membetulkan bacaan kita ketika salah ?? tentu tidak!, maka metode yang paling baik dan tepat dalam memperbaiki bacaan Al-Quran adalah dengan metode belajar langsung kepada seorang guru Al-Quran (Talaqqi).

Dan diakhir sesi materi  yang beliau bawakan dibukalah sesi tanya jawab, dan salahsatu peserta yang juga merupakan peserta paling sepuh di acara kajian saat itu  bercerita tentang kegundahannya selama ini mencari majelis ilmu, beliau sangat senang sekali dengan diadakannya kajian tersebut di Masjid Nurut Taqwa, beliau bertanya tentang acara kajian tersebut diadakan rutin setiap berapa lama? Dan ketika beliau mendapat jawaban kalau kajian ini diadakan setiap 1 periode tahsin (3 bulan) sekali beliau ternyata berharap agar kajian seperti kali ini seharusnya diadakannya 1 bulan sekali, Masya Allah umurnya yang sudah terbilang sepuh tidak memudarkan semangatnya menuntut Ilmu, bahkan ketika dijelaskan bahwa LTQ Rumah IQRO masih membuka pendaftaran untuk program Tahsinnya pun beliau langsung saat itu juga mendaftar sebagai peserta Tahsin, subhaanallah, semoga dapat menjadi panutan bagi kita dalam semangatnya menuntut ilmu, bahwa menuntut Ilmu tidak mengenal batasan umur

Setelah sesi materi selesai, maka acara kajian Al-Quran dan Hadits pun ditutup pada pukul 11.30, dan dilanjutkan dengan proses pengujian bacaan Al-Quran bagi para peserta LTQ Rumah IQRO yang sudah terdaftar oleh para pengajarnya untuk kemudian di kelompokkan dalam kelompok Tahsin selama proses aktif KBM Tahsin pada pekan berikutnya. Dan pada akhirnya para peserta pun kembali ke rumahnya masing-masing dengan semangat baru, yaitu semangat Menjayakan Negeri dengan Al-Quran.

Ditulis oleh: Donny achmadi
Published via : http://rumahiqro.org/index.php/menjayakan-negeri-dengan-al-quran/

0 comments:

Post a Comment