Self Learner | Information Technology Enthusiast | Hamba Allah

My photo
Pribadi yang berdzikir itu : kalau bicara, bicaranya dakwah, diamnya berdzikir, nafasnya tasbih, matanya penuh ramat Allah, telinganya terjaga, pikirannya baik sangka, tidak suka sinis, pesimis dan tak suka memvonis. . dia tidak sibuk mencari kesalahan orang lain dan asik memperbaiki dirinya . . (Ust.Muhammad Arifin Ilham)

Monday, March 31, 2014

Menjayakan Negeri dengan Al-Quran


Kajian Al-Quran dan Hadits (Kuliah Perdana LTQ Rumah IQRO)
“Menjayakan Negeri dengan Al-Quran”



Menjayakan Negeri dengan Al-Quran, kalimat singkat namun bermakna dan solutif jika benar-benar diamalkan dan dipraktekkan dalam kehidupan nyata, pasalnya kita semua masyarakat Indonesia seakan-akan kehabisan solusi yang efektif untuk menjayakan negeri ini. Langkah-langkah manuver pada bidang Ekonomi, Sosial, Pendidikan, Pertahanan, dan bidang lainnya sudah diupayakan dengan berbagai langkah yang ditempuh agar kejayaan berpihak pada Negeri ini, namun sepertinya belum membuahkan hasil yang signifikan, dan sepertinya kita benar-benar butuh sebuah langkah manuver yang efektif untuk menjayakan negeri yang kita cintai ini dengan melihat kilas balik dan rekam jejak negeri-negeri yang pernah “Berjaya” pada masa keemasan silam.

Dahulu terdapat sebuah negeri yang dimana negeri itu pada awalnya tidak bermartabat, jauh dari nilai-nilai moral, dan praktek kecurangan merajalela, namun kemudian setelah berlalunya masa kenabian Muhammad Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam semua itu berubah, negeri itu menjadi negeri yang maju, penuh dengan nilai-nilai peradaban dan bangsanya pun penuh dengan nilai-nilai Martabat, kemudian keadaan itu terus berlanjut dan dilanjutkan oleh generasi setelahnya hingga terjadilah suatu masa, dimana dahulu mereka adalah bangsa yang kecil dan dihinakan kemudian menjadi sebuah bangsa yang berjaya dan dapat menguasai 2/3 belahan Dunia, bukan hanya Berjaya namun juga makmur, aman dan sentosa.

Dan masa-masa perubahan itu diawali oleh masa dimana diturunkannya risalah kenabian, masa diturunkannya Al-Quran sebagai petunjuk, penjelas dan pembeda bagi mereka yang mengimaninya, dan masa-masa itulah yang mengawali masa berjayanya sebuah bangsa di Bumi ini silam yaitu bangsa ISLAM. Dan hal inilah yang melatarbelakangi kami selaku panitia dan pengurus LTQ Rumah IQRO untuk mengangkat sebuah tema kajian bertajuk “Menjayakan Negeri dengan Al-Quran” yang juga menjadi motto pergerakan kami kedepan Insya Allah, dengan harapan adanya sebuah harapan baru untuk bisa menjadikan negeri yang kita cintai ini (Indonesia) menjadi negeri yang Berjaya, makmur, aman dan sentosa dengan dipondasikan dengan nilai-nilai Al-Quran.

Acara Kajian Al-Quran dan hadits yang juga sebagai event Launching LTQ Rumah IQRO yang diadakan di Masjid Nurut Taqwa pada tanggal 9 Maret 2014 / 7 jumadil awal 1435H dan dimulai pada pukul 09.30 itu dibuka dan diawali dengan Tasmi’ Al-Quran surat Al-Baqarah berirama tartil oleh Ustadz Muhammad Furqon menjadi kesan tersendiri bagi para peserta kajian saat itu, kemudian dilanjutkan sambutan oleh Ketua LTQ Rumah IQRO yaitu saudara Donny Achmadi, para peserta dijelaskan sekilas mengenai profil Rumah IQRO dari awal berdiri, lembaga-lembaga pendidikan yang ada didalamnya, acara-acara yang pernah diadakan, hal-hal yang melatarbelakangi didirikannya Lembaga pendidikan LTQ Rumah IQRO serta penjelasan mengapa panitia membawakan kajian kali ini dengan tema “Menjayakan Negeri dengan Al-Quran”.

Dan tak berselang lama, acara pun dilanjutkan dengan Materi Kajian yang dibawakan oleh Ustadz Arham bin Ahmad Yasin, Lc, MH, Al-Hafizh, beliau di awal-awal materi menjelaskan sedikit bahwa kewajiban-kewajiban bersama Al-Quran itu bukan terletak hanya pada ustadz, kyai, anak-anak TPA, pesantren, alim ‘ulama dan kawan-kawannya saja. Namun kewajiban-kewajiban bersama Al-Quran terletak pada jati diri setiap orang yang berstatus “Muslim”, jika kita mengaku sebagai seorang muslim maka ketahuilah kewajiban-kewajiban atas Al-Quran juga terletak pada diri kita. Jika pada setiap orang Muslim sudah memahami bahwa pada dirinya memiliki kewajiban atas Al-Quran dan mereka semua menunaikan kewajiban-kewajiban itu sebagaimana mestinya maka Insya Allah “Kejayaan” yang sama-sama kita harapkan bagi Negeri yang sama-sama kita cintai ini dengan jumlah umat Muslim “terbesar” di Dunia ini akan menjadi kenyataan.

Kemudian beliau menjelaskan bagaimana generasi-generasi emas pada umat terdahulu yang pernah Berjaya menguasai 2/3 belahan Dunia, bagaimana interaksi mereka bersama Al-Quran, dan itu semua bisa kita rasakan kembali di negeri ini jika kita semua mengikuti langkah-langkah yang mereka tempuh yaitu kedekatannya dengan Al-Quran. Dan ketahuilah bahwa kedekatan dengan Al-Quran itu diawali dengan proses “membacanya”,namun pada kenyataannya bagaimana bisa dekat dengan Al-Quran jika proses “membacanya” saja terabaikan, sangat jarang dilakukan, bahkan beliau menyebutkan beberapa muridnya yang dahulu menjadi murid ngajinya ditanya olehnya “sudah berapa kali mengkhatamkan Al-Quran?” dan murid-muridnya itu menjawab dengan 1 jawaban yang sama “1 kali, dan itu waktu kami TPA waktu masih ngaji sama ustadz dulu” dan itu terkahir kalinya mereka membaca Al-Quran, Nastaghfirullah .

Mengabaikan Al-Quran dengan bentuk meninggalkan proses membacanya rasa-rasanya sudah mejadi hal yang biasa terjadi di negeri kita ini, bila kita ingin buktikan mungkin kita bisa datangi satu persatu rumah ummat muslim dan tanyakan kepada mereka kapan terakhir Al-Quran dibaca ? Al-Quran di rumah-rumah mereka hanya menjadi hiasan, bahkan sudah jauh tertinggal, berdebu, dan hampir tak pernah tersentuh, hal tersebut menjadi sebuah keprihatinan kita bersama. Rasa-rasanya firman Allah subhaanahu wata’ala dalam surat Al-Furqon ayat 30 “Berkatalah Rasul “Yaa Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Quran itu sesuatu yang diacuhkan” menceritakan tentang curhatnya Rasulullah untuk ummat islam kini, padahal Allah menjelaskan bahwa tindakan mengabaikan, mengacuhkan dan meniggalkan Al-Quran maka para pelakunya disebut sebagai “musuh para Nabi” yang dijelaskan pada ayat setelahnya ”Dan seperti itulah telah kami adakan bagi tiap-tiap Nabi musuh dari orang-orang yang berdosa…” Qs.Al-Furqon ayat 31.

Dan tentu yang diinginkan adalah bukan hanya sekedar membacanya lantas  meniggalkan kewajiban yang lain yaitu membacanya dengan menyempurnakan tajwidnya, Ustadz Arham mengatakan bahwa membaca Al-Quran dengan menyempurnakan hukum-hukum bacaannya hukumnya adalah Fardhu ‘ain,artinya seluruh ummat muslim wajib bisa, bacaannya wajib sesuai dengan hukum-hukum tajwid yang  ada, kemudian beliau menjelaskan dengan menyebutkan dalil dari surat Al-Muzzammil ayat ke-4 “warattilil Qur’aana tartiilaa” (Dan bacalah Al-Quran dengan Tartil) dengan menyitir  pendapat Ali bin abi thalib  mengenai ayat ini yang dimaksud “Tartiila”itu adalah “Tajwiidul huruuf wa ma’rifatul Wuquuf” (mentajwidkan huruf-huruf dan mengenali waktu yang tepat  dalam memberhentikan bacaan),dan itu semua tidak  bisa didapatkan dengan belajar otodidak, belajar sendiri dari buku-buku yang ada lantas mengambil kesimpulan sendiri dari ilmu yang sudah didapat dari buku tersebut, ketahuilah bahwa metode seperti itu tidak boleh dan itu metode belajar tajwid yang salah.

Karena benarnya bacaan hanya bisa didapatkan dengan metode talaqqi, yaitu metode membaca Al-Quran dihadapan seorang  guru Al-Quran yang kemudian sang guru dapat membenarkan bacaan-bacaan yang kurang tepat, makhaarijul huruf yang masih salah, dan menyempurnakan hukum-hukum yang masih kurang dalam bacaan kita. Jangan tergiur dengan metode belajar Al-Quran praktis yang ada dipasaran, dengan gaya bahasa marketing yang menggiur “Cocok untuk anda yang super sibuk”,  metode belajar hanya dengan memanfaatkan metode Audio dan Visual yang ada didalam kaset CD lantas (katanya) efektif untuk membenarkan bacaan. Namun pada kenyataannya tidaklah demikian, mungkin kita bisa  secara sepintas dapat mengikuti gaya bacaan yang ditampilkan dari kaset, namun ketika kita mempraktekannya dalam bacaan Al-Quran dengan bacaan kita apakah sang Kaset CD tersebut dapat membetulkan bacaan kita ketika salah ?? tentu tidak!, maka metode yang paling baik dan tepat dalam memperbaiki bacaan Al-Quran adalah dengan metode belajar langsung kepada seorang guru Al-Quran (Talaqqi).

Dan diakhir sesi materi  yang beliau bawakan dibukalah sesi tanya jawab, dan salahsatu peserta yang juga merupakan peserta paling sepuh di acara kajian saat itu  bercerita tentang kegundahannya selama ini mencari majelis ilmu, beliau sangat senang sekali dengan diadakannya kajian tersebut di Masjid Nurut Taqwa, beliau bertanya tentang acara kajian tersebut diadakan rutin setiap berapa lama? Dan ketika beliau mendapat jawaban kalau kajian ini diadakan setiap 1 periode tahsin (3 bulan) sekali beliau ternyata berharap agar kajian seperti kali ini seharusnya diadakannya 1 bulan sekali, Masya Allah umurnya yang sudah terbilang sepuh tidak memudarkan semangatnya menuntut Ilmu, bahkan ketika dijelaskan bahwa LTQ Rumah IQRO masih membuka pendaftaran untuk program Tahsinnya pun beliau langsung saat itu juga mendaftar sebagai peserta Tahsin, subhaanallah, semoga dapat menjadi panutan bagi kita dalam semangatnya menuntut ilmu, bahwa menuntut Ilmu tidak mengenal batasan umur

Setelah sesi materi selesai, maka acara kajian Al-Quran dan Hadits pun ditutup pada pukul 11.30, dan dilanjutkan dengan proses pengujian bacaan Al-Quran bagi para peserta LTQ Rumah IQRO yang sudah terdaftar oleh para pengajarnya untuk kemudian di kelompokkan dalam kelompok Tahsin selama proses aktif KBM Tahsin pada pekan berikutnya. Dan pada akhirnya para peserta pun kembali ke rumahnya masing-masing dengan semangat baru, yaitu semangat Menjayakan Negeri dengan Al-Quran.

Ditulis oleh: Donny achmadi
Published via : http://rumahiqro.org/index.php/menjayakan-negeri-dengan-al-quran/

Sunday, March 30, 2014

Menjadi Tua Sebelum Umurnya




Ada yang aneh dengan diri saya deh, kenapa dimana-mana sewaktu ngobrol dengan yang sudah kenal lama maupun yang baru kenal banyak yang mengira saya itu bocah kelahiran tahun 1980an, wadduuuh tua amat roman-romannya, padahal jujur aja nih kalo ngeliat di KTP sih disitu tertulis Nama Donny Achmadi, Tempat tanggal lahir Bogor 10 Juni 1993, hhe .. :D

Anehnya mereka yang mengira selama ini mengira saya itu bocah kelahiran tahun sekitaran 80an gak Cuma 1-2 orang, buuaannyaak banget yang bilang, entah apa alasannya mereka ngiranya begitu tuh ? :D apakah karena Tampang ?? Gaya Bahasa ?? atau Pola Pikir ??

Jadi nih seperti biasanya kalo saya lagi kenalan sama orang yang baru kenal itu pertama-tama salam, nanya nama, tinggal dimana, ngobrol ngalur-ngidul ngegali objek sedalam-dalamnya macem nanya soal aktivitas, kesibukan sehari-hari, pekerjaan, keluarga, udah nikah belum, jumlah anak, nanya soal umurnya dia kelahiran tahun berapa, terus nanya anak perempuannya umurnya berapa #eeh #modus, pokoknya banyak deh :D

Dan ketika udah dapet jawaban, eeh akhirnya seperti yang diharapkan, yaitu adanya umpan balik dia bales nanya dengan pertanyaan yang sama, sampe akhirnya ketika dia tiba di pertaanyaan “umurnya berapa?” saya pasti langsung cengenges2an sok misterius gitu, dengan jawaban yang udah jadi template sepertinya “tebak, kira-kira berapa?” :D hhe *sok2 misterius* .. gak pake lama deh biasanya jawabannya bisa ditebak pasti sekitar tahun 85-90 sambil negesin “bener gak?”, aseli parah jauh amat melesetnya .. terus seperti biasanya deh saya hanya kasih jawaban dengan cengengesan sambil bilang “yaa yaa yaa .. bisaa jadii :D” tanpa kasih tau jawaban sebenarnya. bukan termasuk bohong kan ? yeay

Entah apa yang bikin mereka spontan kasih tebakan yang meleset jauh, apakah karena faktor tampang ?? gaya bahasa ?? atau pola pikir yah ?? can you explain to me about it sob ? :D

Di 2 Perusahaan tempat bekerja terakhir pun juga begitu kasusnya, disitu saya jadi anak paling bontot, secara umur jauuuh banget sama karyawan yang lainnya, rata-rata mereka itu kelahiran 80an semua, yang kelahiran 90an paling cuman 2 orang (saya dan yang lainnya :D) tapi anehnya mereka itu merasa nyambung kalo lagi ngobrol sama saya, serasa kayak ngobrol sama orang yang seumuran laah, dan pada akhirnya mereka pada shock (kaget) deh waktu saya unjukin KTP “niih liat” *nah loh* :D

Memang secara pribadi saya akui jiwa bocah kelahiran 93 saya rasa2nya udah luntur sekian lama, setelah bertahun-tahun hampir setiap hari diskusi, berorganisasi, beraktivitas dan berada dilingkungan kerja bersama para 80ers. Omongan2, obrolan2, guyonan2 dan curhatan2nya mereka emang beda banget sama bocah 90ers, dari mulai urusan keluarga, anak bini, nafkah, Agama, hobi, kerjaan, politik, masa depan de el el dah. Pantes aja sekarang saya kena imbasnya “Pembunuhan Karakter” :D, karakter jiwa 90ers yang biasanya ngomongin masalah lawan jenis (pacaran), juntrang-juntrung, guyonan gak jelas, ngefutsal, band music, film kartun, organisasi dan tugas2 sekolah/kuliah, kini telah menjadi hal yang tabu dan asing di telinga :D *seriusan*

Mungkin memang ada yang sepintas nebak tahun kelahiran 80an lantaran ngeliat postur tubuh dan tampang, tapi rasa-rasanya kebanyakan sih nebak 80an karena “Pola Pikir” gitu deh, jujur aja nih sob, sekarang kalo saya ngumpul sama temen2 rumah yang seumuran (temen maen gundu waktu kecil :D) itu ketika ngobrol rasanya bener2 gak nyaman, gak betah, gak nyambung, soalnya ngerasa obrolannya kok dari dulu gini-gini aja gak berubah, ngomongin cewek, band music, film kartun, dan guyonannya pun sama deh gak jauh-jauh ngungkit cerita2 lucu yang dulu pernah dirasain, pokoknya bener-bener ngerasa udah gak nyambung deh, makanya kalo lagi dirumah itu jarang keluar rumah, kecuali kalo ada perlu aja.

Dan juga mungkin merasa kehilangan karakter bocah 90ers karena urusan hidup yang lumayan berat, dari beban mikirin urusan problem keluarga, tanggung jawab masalah sekolah adik2, amanah2 di beberapa organisasi, kerjaan2 kantor yang lumayan menguras otak, dan lain-lainnya. Namun semua itu rasa-rasanya menjadi enteng dan nikmat ketika didampingi dengan aktivitas dan tanggung jawab bersama Al-Quran, membacanya, memahaminya, menghafalnya, menjaga hafalannya, mengamalkannya dan menyampaikan keindahan risalah yang ada didalamnya . Ternyata memang betul firman Allah subhaanahu wata’ala, Sabda RasulNya, dan perkataan indah para ‘Ulama bahwa Al-Quran itu selain menjadi Kitab suci yang terjaga, ia juga sebagai Rahmat, obat, penenang bagi hati, pelipur duka lara, teman terbaik, dan pedoman hidup yang solutif atas segala problematika kehidupan, Cobain deh :)

Yaa sebenernya sih bukan menjadi sebuah masalah ketika orang lain mengira saya kelahiran 80an, karena toh memang saya sendiri merasakannya kok , hhe :D

Makanya jujur aja, saya ini orangnya “sangat-sangat-sangat” jarang ada dirumah kalo lagi hari libur (bisa dibuktikan :D ),  bukannya ngeluyur maen gak jelas, tapi lebih kepada ngumpul dan nyari kesibukan yang bermanfaat bersama mereka-mereka yang senasib (umur bocah pikiran dewasa -atau sok dewasa?- :D) karena ngerasa nyaman dengan mereka, dibandingkan hari libur kerjaannya nongkrong, ngobrol gak jelas sambil maen Pe-es, bukan gaya saya itu mah :D

Namun ketika mulai menuntut ilmu di kampus biru ini (sebut saja LIPIA *nama disamarkan*) justru yang kejadian adalah sebaliknya, saya mengira berkawan dengan orang2 yang seumuran namun nyatanya saya tertipu :D *jadi korban*

Kaget ketika tau bahwa mereka temen-temen sekelas ternyata rata-rata umurnya malah dibawah saya, waaaagh kaget abis kalo ngeliat dari aktivitas-aktivitas mereka,, dan pada akhirnya saya pun jadi mikir, ini sebenernya apakah saya yang memang bener-bener udah tua (beneran) ataukah mereka temen-temen sekelas yang nasibnya itu sama seperti yang saya alami yaitu menjadi “Menjadi Tua Sebelum Umurnya” ?? :D

Di Mushalla Kampus Biru,
30 Maret 2014 / 28 Jumadil Awal 1435H

Sunday, March 23, 2014

Kejujuran cita-cita menjadi Ahlul Qur'an




Al-Quran adalah kitab suci yang Mulia, yang sama-sama kita yakini bahwa keseluruhan berita yang ada didalamnya memiliki tingkat validitas yang 100%, barangsiapa yang berkurang rasa yakin terhadapnya walaupun sedikit sehingga tidak mencapai 100% maka ketahuilah sesungguhnya ia telah terjangkit penyakit, penyakit yang lama-lama akan menjangkiti dirinya lebih dalam sehingga hilanglah rasa nikmat ketika ayat-ayat Al-Quran sampai kepadanya, hatinya telah terkunci laksana batu yang amat keras sampai-sampai engkau berikan nasihat ribuan ayat kepadanya berkali-kali pun tidak akan memiliki pengaruh terhadap hatinya, sehingga Allah kemukakan hal yang demikian didalam KalamNya yang mulia:

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an ataukah hati mereka terkunci?”
 (Qs. Muhammad ayat 24)

 Menjadi generasi Qur’ani adalah dambaan setiap insan yang beriman, hanya mereka yang memiliki nilai-nilai keimanan yang tinggi yang benar-benar jujur dalam hatinya menginginkan agar dirinya menjadi bagian dari kelompok Ahlul Quran, hanya mereka yang jujur dalam hatinya yang kemudian betul-betul menyusun rencana, strategi dan taktik agar harapannya menjadi seorang Ahlul Quran menjadi kenyataan, bukan hanya sebatas wacana yang didengung-dengungkan setiap hari namun tidak ada aksi nyata dari dalam dirinya. Banyak orang yang mengatakan “Aku ingin menjadi Ahlul Quran” namun intensitas dalam berinteraksi bersama Al-Quran dalam sehari hanya dalam hitungan menit saja, banyak yang memiliki keinginan menjadi Ahlul Quran namun hanya indah di bibir kemudian dihiasi kalimat “tapi .. tapi .. dan tapii”.

Mereka yang jujur dalam cita-citanya menjadi bagian dari generasi Qurani senantiasa tidak akan menjadikan segala hambatan yang ada menjadi alasan. Hambatan waktu, hambatan tenaga, hambatan kemampuan daya tangkap, hambatan umur, hambatan kesibukan, atau hambatan-hambatan apapun yang lainnya senantiasa bukan menjadi penghalang bagi dirinya. Mungkin kita harus malu jika yang yang menjadi hambatan kita bersama Al-Quran hanyalah masalah pekerjaan, masalah kuliah, atau problematika diri, karena itu semua dihadapan Allah sangatlah kecil .. sangatlah keciil .. Dan dengan hal yang sangat Kecil dihadapannya itu apakah lantas kita meninggalkan sesuatu yang memiliki keutamaan yang sangat besar ?? maka sekali lagi perlu kita ingat bersama, “hanya mereka yang jujur dalam hatinya yang kemudian betul-betul menyusun rencana, strategi dan taktik agar harapannya menjadi seorang Ahlul Quran menjadi kenyataan, bukan sebatas wacana yang didengung-dengungkan setiap hari namun tidak ada aksi nyata dari dalam dirinya”.

Menjadi sebuah hal yang dapat dimaklumi jika yang menjadi hambatan dalam berinteraksi bersama Al-Quran adalah bentuk-bentuk ibadah yang lain, misalnya “berjihad”, sebagaimana ungkapan salah seorang Shahabat Rasulullah yang mulia yang patut kita jadikan teladan yaitu Khaalid bin walid radhiyallahu ‘anhu, ketika ia mengambil mushaf lantas ia menangis dan berkata kepada Mushafnya dengan sebuah kalimat “syaghalnaa ‘anka Al-Jihaad” (Kami telah tersibukkan dari mu dengan berjihad) Masya Allah, padahal sama-sama kita ketahui bahwa “Berjihad” adalah seutama-utamanya amalan, bahkan disebut oleh Rasulullah dalam sebuah hadits sebagai “Adz-Dzirwatu sanaam” atau Puncaknya segala urusan, namun berkurangnya intensitas bersama Al-Quran menjadi sebuah hal yang menyedihkan bagi hatinya, karena ia memahami bahwa dengan berkurangnya intensitas bersama Al-Quran maka berkurang pula waktu-waktu untuk bercengkrama bersama Rabbnya ‘Azza wa jalla.

Namun menjadi sebuah hal yang memalukan jika yang membuat kita tersibukkan dari Al-Quran adalah hal-hal yang pada hakikatnya adalah sangat kecil dihadapanNya, misalnya saja sibuk mengeruk harta dunia siang-malam, sebagaimana ungkapan yang tertuang didalam Al-Quran “Syaghalatnaa amwaalunaa wa ahluuna wastaghfirlanaa” (Kami telah tersubukkan dengan harta-harta dan keluarga kami) Qs. Al-Fath ayat 11.


Sementara mereka yang jujur dalam hatinya bercita-cita menjadi Ahlul Quran jika kita lihat mereka pun sama seperti yang lainnya, mereka memiliki harta dan keluarga, namun keduanya tidaklah menjadi hambatan bagi mereka dalam mengejar asa menjadi seorang Ahlul Quran, karena mereka sadar bahwa kedua-duanya hanyalah hiasan, hanyalah sebuah hal yang bersifat memperindah, yang tidaklah patut dikagumi kilaunya siang-malam. Namun yang mereka sadari adalah kebutuhan mereka bersama Al-Quran, seakan-akan mereka yakini bahwa interaksi bersamanya adalah Ruh, kenikmatan, dan Harta. Hatinya menjerit ketika Ruh/Kenikmatan/Harta nya tertinggal jauh dibelakang dibandingkan kilau-kilau perhiasan nan fana dalam aktivitas sehari-harinya.


Demikianlah Allah memberikan ujian kepada para hamba-hambaNya, untuk melihat mana diantara mereka yang jujur dalam bercita-cita, berazzam, berjanji kepada Allah untuk menjadi seorang Ahlul Quran, dan pada akhirnya dengan ujian itu Allah mengetahui siapa diantara hamba-hambaNya yang jujur, dan  siapa diantara mereka yang dusta:

“Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar (jujur) dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (Qs. Al-Ankabut ayat 3)

Dan mereka yang jujur kepada Allah atas apa-apa yang mereka harapkan dan cita-citakan akan mendapatkan balasan kebaikan disebabkan oleh kejujuran dan kesungguhan dalam mencapainya walaupun dipenuhi dengan rasa lelah yang mendera raga-raga mereka, dan hal itu pun Allah kemukakan di dalam Firmannya:

Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya), supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima tobat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Qs. Al-Ahzab ayat 23-24

Semoga kita dianugerahi oleh Allah subhaanahu wata’ala kekuatan dan kemudahan dalam rangka bermujahadah dan totalitas dijalan perjuangan untuk menjadi seorang Ahlul Quran.


Menanti khatam di Rumah tercinta,
21 Maret 2014 / 20 Jumadits tsaani 1435

Monday, March 10, 2014

Bermanfaatlah walaupun hanya sedikit



Untuk sahabatku semuanya yang selalu bersemangat dalam menjalani rutinitas kehidupan, terkadang sering kali kita mengeluhkan sesuatu yang kita tidak bisa melakukannya atau mungkin  bisa jadi kita malah mengutuk diri kita sendiri dikarenakan kita merasa diri kita sangat lemah dan tak berdaya hanya dikarenakan tidak dapat melakukan suatu hal dengan baik.

Sahabatku, sadarkah bahwa masing-masing dari kita memiliki keahlian dan bakat yang tak dimiliki oleh orang lain..?? Dan kemudian sering kali kita hanya terfokus kepada apa yang ada jauh di belakang bukit, tapi tak pernah memperhatikan apa yang terdapat di depan kelopak mata kita, hanya terfokus kepada hal-hal yang dimiliki oleh orang lain, sedangkan melupakan segala hal yang sudah Allah anugerahkan kepada kita  ..

Untuk dapat menjadi pribadi yang luar biasa sesorang bukan berarti mereka yang memiliki pribadi yang multi talent atau serba bisa yang rasa-rasanya itu orang cerdas banget bisa ini itu. Bukan demikian, tetapi pribadi yang luar biasa adalah mereka yang cerdas dan berani dalam menelusuri, menggali dan mengeksplorasikan segala hal yang sudah ada didalam dirinya untuk kemudian dia arahkan agar bisa dirasakan manfaatnya oleh lingkungan disekitarnya.

Kita sedikit ambil contoh dalam kehidupan nyata, banyak diantara kita yang merasa untuk merasa digelari “orang hebat” maka ia harus memiliki gelar panjaaaang, pendidikan formal sampai S3, bahkan kalau ada S4 mungkin bakal ia kejaar (adanya HP Samsung :D). Menurut saya sih iyaa itu memang bisa juga menjadi salahsatu parameter seseorang dikatakan luar biasa, dalam artian “luar biasa”nya dalam semangat mencari ilmu. Tapi banyak juga diantaranya yang sudah memangku gelar DR, Phd, bahkan professor, tapi manusia disekitarnya sama sekali tak merasakan manfaatnya , saying banget kan ... (kalau disekitar saya sih ada yang begitu, tapi bukan berarti semuanya disamaratakan yaa) apakah mungkin gelar-gelar itu didapatkan hanya untuk mengejar status social, atau untuk syarat minimal untuk mengajar di sebuah perguruan tinggi ternama ? I don’t think so (mencoba berhusnuzhan :) )

Hal-hal yang demikian terjadi (mungkin) karena salah pahamnya manusia dalam mengenali apa yang dimaksud dengan “luar biasa”, kalau menurut saya sih sampai saat ini saya mengambil kesimpulan begini:

Luar Biasa itu adalah ketika seseorang dikaruniai bakat dan keahlian apapun itu, meskipun kecil sekalipun, namun dengan hal yang kecil itu ia berhasil memberikan manfaat yang besar dan dirasakan manisnya oleh masyarakat di lingkungan sekitarnya, bukan malah dinilai banyak ilmu, banyak gelar namun manisnya tak bisa dirasakan oleh lingkungannya, ibarat pohon yaa pohon beringin, daunnya banyak, lebat, dipandang angker (berilmu) tapi buahnya gak ada :D

Yaa namun jangan malah diartikan kita tak perlu menuntut ilmu tinggi-tinggi, salah bukan demikian, kalau begitu mah berarti salah nafsirin, hhe .. toh pada kenyataannya masih banyak juga masyarakat yang “Gelar minded”, maksudnya Cuma mau dengerin omongannya orang-orang yang bergelar, sedangkan mereka yang belum bergelar dipandang sebelah mata, dihiraukan dan tak dianggap, model-model yang kayak begitu tuh masih banyak loh .. yaa makanya punya gelar pendidikan itu juga penting sih, namun yang lebih penting itu menjadi orang yang terdidik dan bermanfaat walaupun belum punya gelar pendidikan :)

Bukankah Rasulullah itu pernah bersabda “khairunnaas, anfa'uhum linnaas” –sebaik-baik manusia ialah yang paling bermanfaat bagi manusia yang lainnya—

Lakukanlah kebaikan, bermanfaatlah bagi sesama, walaupun yang engkau lakukan itu dipandang remeh dan diacuhkan .. Yang kita harapkan bersama adalah KeridhaanNya bukan keridhaannya .. :)
 
Ditulis di Markaz Quran
Hari Jumat, 13, Januari 2012
Diedit di Depok jaya Agung, 10 Maret 2014

Meninjau Security pada Cloud Provider




Ketika perkembangan era teknologi dalam dunia Teknologi Informasi semakin berkembang ternyata Cloud menjadi sebuah hal yang menarik minat para pengguna dunia IT, dan dengan salahsatu karakteristiknya yang bersifat “scalable”, “pay as you go” menjadi sebuah point yang menambah keluwesan era teknologi yang satu ini untuk membuktikan “where technology enable business”.

Namun disamping keuntungan-keuntungan yang ada pada sistem Cloud ini ada beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan bagi beberapa perusahaan/organisasi untuk mengadopsi teknologi Cloud dalam operasional sistem mereka, diantaranya yang terpenting adalah mengenai “security on cloud”, bagaimana keamanannya ?

Wajar saja jika hal ini yang masih menjadi pembicaraan ramai dan kekhawatiran soal pengadopsian Cloud bagi sebuah perusahaan/organisasi terutama untuk layanan Public Cloud, karena ketika mereka mengadopsi dan mempercayakan system mereka sepenuhnya berada di “awan”, maka mereka juga sepenuhnya memberikan kepercayaan bahwa “keamaan dan privasi data” mereka sepenunya dilempar ke penyedia layanan Cloud (Cloud Provider).

Maka sangat penting bagi kita dalam memilih dan menentukan Cloud provider. Mungkin ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan Cloud Provider, diantaranya:

  1. Data Protection
  2. Sangat penting bagi kita mengetahui bagaimana system proteksi yang berjalan pada suatu cloud provider, bagaimana mereka menjaga ketersediaan dan privasi data-data yang berjalan pada system cloud mereka, teknologi seperti apa yang digunakan? bagaimana security role yang berjalan dan pembatasan aksesnya seperti apa? dan yang lainnya

  3. High availability
  4. Salahsatu hal terpenting juga dalam Cloud, kita harus memastikan bahwa data kita dapat diakses setiap saat, dimana pun dan kapan pun. Maka dalam hal ini maka kita harus mencari Cloud Provider yang memiliki High availability pada akses internetnya, kita pastikan bahwa ISP yang dimiliki lebih dari 1 ISP untuk koneksi Lokal dan internasionalnya. Dan mungkin cara yang termudah untuk mengetahui high availability servicesnya adalah dengan mengetahui seberapa besar SLA yang diberikan pada Cloud Provider tersebut.

  5. Security Devices
  6. Mengenal perangkat apa yang digunakan oleh sebuah Cloud Provider dalam rangka memberikan solusi keamanan pada system Cloud mereka menjadi sebuah informasi yang wajib kita ketahui, dan kita harus pastikan keberadaannya, bagaimana kita bisa mempercayai sebuah Cloud Provider yang didalam infrastruktur mereka tidak terdapat perangkat security untuk menangkal aktifitas penyerang ?? padahal isu DDOS, Brute Force, serta tindakan hacking/cracking lainnya masih menjadi momok yang sangat mengkhawatirkan hingga kini.

    Oleh karena itu, sebaiknya kita memilih Cloud Provider minimal yang sudah memiliki Network Security Devices seperti Firewall dan anti DDOS pada infrastruktur mereka, serta pastikan bahwa devices yang digunakan sudah teruji dan terbukti baik secara performa maupun kualitasnya.

  7. Multi-Tenancy
  8. > Pada system Cloud Computing, virtualisasi umunya secara fisik berjalan pada mode resource sharing , banyak Virtual Machine yang berjalan pada resource yang sama, maka kita harus pastikan bahwa sebuah Cloud Provider menggunakan teknologi yang dapat memastikan data kita tidak bocor kepada penyewa yang lain.

Mungkin itu sedikit sharing dari saya mengenai beberapa hal yang sekiranya dapat menjadi bahan pertimbangan bagi kita dalam menentukan dan memilih sebuah penyedia layanan Cloud (Cloud Provider) dari sisi Kemanan teknologi Cloudnya.

Published via:
Blog Indonesian Cloud: Meninjau Security pada Cloud Provider