Berkomunikasi menggunakan Otak manusia (draft)
Dahulu kala mungkin manusia
sangat sulit berkomunikasi dengan orang lain dengan jarak yang jauh, hanya
menggunakan “surat burung” informasi yang disampaikan akan kurang efektif
karena perjalanan surat yang memakan waktu yang lama. Namun kini untuk dapat saling
berkomunikasi bukanlah menjadi hal yang sangat sulit, karena cukup menggunakan
alat komunikasi semuanya bisa dijangkau, baik itu pesan surat (sms, email, chat,
dll), gambar (mms, email, chat, dll) bahkan pesan suara, yang kesemuanya itu
dapat disampaikan dalam waktu singkat, sehingga pesan yang disampaikan pun bisa
dikatakan “real time” karena pada saat itu juga pesan langsung dapat sampai
kepada penerimanya.
Namun pernahkan kita sedikit
membayangkan dimana seluruh manusia bisa dapat saling berhubungan dan
berkomunikasi tanpa menggunakan alat komunikasi ? misalnya seseorang yang
berada di kota jakarta dapat berhubungan dan berkomunikasi dengan kawannnya yang
berada di Surabaya, lintas pulau, Negara bahkan komunikasi lintas benua tanpa
menggunakan alat komunikasi seperti HP, internet dan lainnnya ? saya ini yang
merupakan lulusan Teknik Telekomunikasi sedikit tertantang untuk menemukan “bagaimana
caranya?” :D, keliatannya memang gak mungkin, namun saya yakin bahwa itu bisa
terealisasikan suatu saat nanti, insya Allah.
Melihat kegalauan sahabat saya (sebut
saja namanya Dede mirda *nama disamarkan*) tentang “Gelombang Frekuensi Otak” (http://knoweeds.wordpress.com/2014/04/19/gelombang-frekuensi-otak/).
saya punya beberapa “ide gila” untuk coba bantu merealisasikannya, sebagaimana
pada kasus-kasus sebelumnya saya selalu meng”combine” ilmu computer dan
networking yang saya kuasai dengan kekuatan Otak manusia dan beberapa
diantaranya sepertinya berhasil, begitu pun kali ini saya akan coba mengcombine
keduanya untuk kasus ini.
Three-Way-Handshake
Dalam Teori
Networking, sebelum sebuah koneksi TCP terbentuk, maka ia akan melakukan sebuah
proses verifikasi yang dinamakan “Three-Way-Handsake” seperti gambar berikut:
"Proses Three Way Handshake"
Dimana sang Transmitter
(pengirim data) sebelum mengirimkan data ke Receiver (penerima data) ia akan
mengirimkan sebuah sinyal atau kode yang dinamakan “syn” atau synchronize
sebagai bentuk “permintaan koneksi” dan memastikan sang receiver dalam kondisi “available”,
dia akan ngomong “Heeii broo, gue mau kirim data ke lw nih, boleh gak ? lw
masih hidup kan ?”, kemudian sang receiver akan menjawab dengan sinyal/kode
yang dinamakan “syn-ack” atau synchronize acknowledgement sebagai jawaban bahwa
ia available untuk dihubungi, dia akan ngomong “Okeeh, kirim ajaa lah, woles, gw
masih hidup kok bro”, dan sang transmitter akan bikin closing statement berupa
sinyal/kode “ack “ atau acknowledgement, dia akan ngomong “Okeh sip, syukron :)” dan kemudian koneksi akan
berhasil terbentuk yang biasa disebut “established” untuk menandakan data bisa
dikirim dan diterima diantara kedua sisi.
Mungkin proses ini bisa dicoba
sebagai pondasi dalam uji-coba berkomunikasinya 2 orang , dimana kedua belah
pihak telah setuju untuk bisa saling berkomunikasi, sekali lagi teori diatas
itu hanya untuk “proses verifikasi”nya sebelum bisa saling berkomunikasi,
pertanyaannya adalah bagaimana untuk “media transmisi”nya ? kalau di dunia computer
yaa sebagai media komunikasi itu kan ada beberapa, misalnya: pada kabel
jaringan (utp, stp, serial, Fiber Optik, dll), dan wireless (gelombang
elektromagnetik). Sementara untuk manusia yaa gak mungkin kan pasang kabel
diantara 2 orang ?, atau yang pernah kita praktekin waktu SD yaitu pake telepon
kaleng (2 kaleng dihubungkan dengan media benang terus bisa saling ngomong) gak
mungkin banget, mungkin bisa pake Gelombang elektromagnetik, tapi pertanyaannya
adalah Transmitternya apa ? masa mau bawa radio transmitter kemana-mana ? gak
mungkin banget :D
Yang paling memungkinkan memang
menggunakan Gelombang elektromagnetik, dan untuk Transmitternya adalah “Otak”
manusia, Karena satu-satunya asset manusia yang paling berharga dan paling “amazing”
itu adalah Otak (brain). Mengambil beberapa ilmu yang ada didalam bukunya Werner
E. Loewenstein yang berjudul “Physics in mind: A Quantum view of the brain”
disana menjelaskan banyak hal terkait dengan otak manusia dan
kemampuan-kempuannya, diantaranya adalah bahwa Otak manusia has a transmission function,
it can be as a transmitter or receiver, otak manusia punya fungsi transmisi
yang itu dapat digunakan sebagai transmitter atau pengirim sinyal/frekuensi,
disisi lain ia juga bisa berfungsi sebagai receiver atau penerima
sinyal/frekuensi, mungkin sedikit aneh tidak terjangkau dengan akal tapi memang
begitulah kenyataannya.
Mungkin banyak diantara kalian
yang pernah mendengar istilah “telepati” kan ? yaa itu terjadi bukan hanya
dengan kekuatan ilmu supranatural menggunakan bantuan JIN atau sejenisnya, menggunakan
telepati dengan cara itu memang mungkin terjadi dan bisa dilakukan, namun tidak
selayaknya seorang muslim meminta bantuan kepada makhluk JIN karena itu
dilarang dan merusak nilai aqidah kita. Menggunakan Telepati sejatinya bisa
saja dilakukan oleh manusia umumnya kok selama ia berhasil menggabungkan Otak
dan hatinya, malahan ada sebuah peerkataan dari seorang trainer bahwa salahsatu
ciri pasangan (suami-istri) yang sehat adalah mereka yang bisa melakukan
telepati diantara keduanya. Atau juga halnya sering terjadi telepati dari
Orang-tua kepada Anaknya atau sebaliknya yang biasa disebut dengan “ikatan
batin”, ketika terjadi sesuatu kepada salahsatu pihak maka pihak yang lain akan
merasakan seusatu yang “gak enak” atau apalah.
Naah, setelah saya coba cari-cari
dan amati terkait dengan telepati, ternyata itu akan terjadi kepada dua orang
yang memiliki rasa percaya dan saling percaya yang totalitas diantara keduanya,
bisa dikatakan bahwa ke 2 orang tersebut sudah benar-benar seutuhnya memiliki
rasa saling percaya, tidak ada raasa keraguan, su’uzhan sedikit pun. Kalo gak
percaya coba deh praktekin, kalo belum berhasil juga berarti rasa saling
percaya diantara kedua belah pihaknya masih belum totalitas sehingga “ikatan-batin”
belum terbentuk diantara keduanya. Karena
rasa “percaya” dan “saling percaya” itu akan menghasilkan gelombang sendiri
dari otak dan hati kita.
Rasa saling percaya ini kalo
didalam implementasi di dunia networking mungkin bisa disebut “Heart-beat” untuk
pee keep-alive pada penggunaan vPC (virtual port channel) yang hanya ada di
Cisco Nexus :D hhaa,
Mungkin rasa “saling percaya” ini
kedepannya bisa menjadi sebuah protocol baru dalam proses telekomunikasi
sebagaimana halnya wifi, wimax, dll pada wireless, GSM dan CDMA pada Telekomunikasi
di Operator jaringan, UHF dan VHF pada Televisi, FM dan AM pada perangkat Radio
dan lain-lainnya.
Perlu diingat bahwa pembahasan
yang saya tulis ini masih “Draft” belum release-fix jadi sepenuhnya masih dalam
tahap uji-coba, dan eksperimen, saran kritik dan komentar bisa saya terima. Semoga
berkomunikasinya manusia tanpa alat komunikasi di masa depan benar-benar akan
menjadi kenyataan :)